URIP IKU URUB.NGELMU SEJATI KANGGO HANGGAYUH SEJATINING DIRI LAN KASAMPURNANING URIP

Minggu, 01 Juni 2014

MENUJU KEMULIAAN HIDUP


Siapapun  menghendaki agar hidupnya mendapatkan kemuliaan.  Namun  ternyata, pemahaman tentang kemuliaan itu sendiri beraneka ragam. Sementara orang mengira bahwa,  kemuliaan itu terletak  pada harta kekayaan yang melimpah.  Oleh karena itu, mereka mengejar-ngejar harta. Apapun dilakukan untuk mendapatkannya.

Sementara orang lainnya menganggap bahwa kemuliaan itu ada pada jabatan atau pangkat. Oleh karena itu mereka berusaha, apapun dilakukan  untuk  mendapatkan jabatan atau pangkat itu.  Mereka mengira bahwa dengan pangkat dan jabatan yang tinggi, maka orang akan datang dan menghormatinya. Selain itu dengan jabatan atau pangkat  yang ada padanya,  maka harta kekayaan juga akan diperoleh.

Lain lagi, orang mengira bahwa kemuliaan juga akan diperoleh ketika seseorang berpendidikan setinggi-tingginya.  Setelah  ijazah dimiliki menurut perhitungannya,maka  akan segera mendapatkan pekerjaan, jabatan,  dan bahkan juga uang. Oleh karena itu, mereka mengejar-ngejar agar segera memiliki  ijazah setinggi-tingginya. Padahal sebenarnya, menuntut ilmu seharusnya bukan semata-mata mendapatkan ijazah, melainkan yang terpenting adalah untuk  mendapatkan ilmu dan ridha dari Allah swt.

Kegagalan tidak saja dalam hal memaknai kemuliaan,  melainkan juga dari siapa kemuliaan itu diperoleh. Sekedar kemuliaan yang datang dari  sesama manusia, kiranya harta, pangkat atau ijazah akan mencukupi. . Akan tetapi,   hal yang perlu dipertanyakan adalah fungsi kemuliaan  yang diperoleh dari sesama manusia itu sendiri.  Kemuliaan seperti itu tidak akan memberi apa-apa bagi kehidupannya.  Sebaliknya,  justru akan membebani dirinya dan bahkan,  bisa-bisa akan mencelakakan. Betapa banyaknya,  kekayaan dan pangkat, akhir-akhir ini,  justru mengantarkan pemiliknya masuk penjara.  

Kemuliaan yang  seharusnya diraih  adalah  yang datang dari Allah swt. Kemuliaan itu adalah benar-benar sesuatu yang akan menyematkan dan membahagiaan secara abadi, dan  bisa diraih oleh siapapun asalkan mau mengejarnya. Cara meraihnya adalah melalui ketaatan pada Tuhan dan Rasul-Nya. Puasa adalah bagian dari jalan upaya menuju untuk mendapatkan kemuliaan itu.

Selain itu, kemuliaan dalam perspektif ilahiyah , hanya bisa diraih  melalui upaya memahami hakekat dirinya sendiri  sebagai pintu untuk memahami Tuhannya, menjaga trust, kemauan untuk melakukan tazkiyatun nafs, dan selalu berusaha untuk berpikir dan berbuat hingga  di luar batas-batas kepentingan dirinya sendiri. Manakala hal itu dilakukan, maka kemuliaan itu, insya Allah akan diraih
 
Kunci kemuliaan hidup yang pernah diberikan Lukman Hakim kepada putranya adalah “ Lupakan selalu dua hal dan ingat selalu dua hal. Dua hal yang harus engkau lupakan adalah disaat engkau berbuat baik kepada seseorang maka berusahalah untuk melupakannya dan disaat ada orang yang berbuat salah kepadamu maka berusahalah untuk melupakannya”. Ini adalah kunci keindahan hidup dalam kebersamaan, baik disaat kita berbuat baik kepada orang lain atau diperlakukan baik oleh orang lain. Baik disaat kita berbuat salah kepada orang lain atau disaat ada orang lain berbuat salah kepada kita. Agar kita bisa menuai keikhlasan dalam beramal, tabah dan lapang dada dalam berinteraksi dengan sesama hamba Allah.

Melupakan dua hal, kalimat sederhana, akan tetapi merupakan kalimat hikmah yang penuh makna. Sungguh siapapun yang selalu mengingat apa yang pernah ia berikan, maka susah baginya untuk berbuat kebaikan lagi. Akan tetapi disaat ia mudah untuk melupakan apa yang pernah ia berikan kepada orang lain atau kebaikan yang pernah ia lakukan untuk orang lain akan terbuka pintu kebaikan sehingga mudah baginya untuk berbuat kebaikan yang lainnya. Kemudian disaat ada orang yang berbuat salah kepada kita, alangkah mulianya jika kita mudah untuk melupakan kesalahan orang tersebut, dengan ketulusan dan kebersihan hati, didalam hati tidak ada dendam kesumat, tidak tertanam kedengkian. Dan itulah kebersihan hati yang mengantarkan kemuliaan seseorang dihadapan Allah SWT, karena hati yang bersih dari dengki, bersih dari dendam akan mudah untuk menjadi ladang tumbuh suburnya ketaqwaan dan keimanan kepada Allah SWT.

Mengingat dua hal, yang harus di ingat terus adalah "jika kita mempunyai kesalahan kepada seseorang maka semestinyalah kita mengingat kesalahan tersebut dan begitu juga jika ada orang yang berbuat baik kepada kita jangan pernah kita melupakanya, akan tetapi ingat dan ingat terus!"

Maknanya adalah jika kita berbuat salah kepada seseorang maka berusahalah kita untuk  selalu ingat agar kita tidak mudah untuk mengulangi kesalahan tersebut, baik itu kesalahan kepada istri, suami, anak, orang tua ataupun tetangga. Karena jika kita senantiasa mengingat kesalahan tersebut dan dibarengi dengan penyesalan kita akan terjaga untuk terjatuh lagi pada kesalahan yang sama. Lebih dari itu kita akan lebih mudah untuk memohon maaf kepada orang yang kita pernah berbuat salah kepadanya. Itulah hakekat kemulyaan dan kebesaran jiwa. Sungguh jika kesalahan kita kepada orang lain tidak dimaafkan oleh orang tersebut maka Allah pun tidak akan mengampuni dosa kita, alangkah mengerikanya hal itu. Lalu, apakah kita juga rela jika ada orang disiksa dan dimurkai oleh Allah kerena berbuat salah kepada kita?

wallahualam bishowab.SALAM RAHAYU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

PENASEHAT SPIRITUAL

PENASEHAT SPIRITUAL
penasehat spiritual indonesia